Mengunjungi Ibu
Oky Primadeka
Ibu, aku mengunjungimu kali pertama saat kaukandung
Maaf, aku nakal saat itu
Semringah gembira tendang-tendang perutmu
Ingin segera jumpa!
Ibu, aku mengunjungimu kali kedua saat kaulahirkan
Maaf, aku menangis liris saat itu
Urai air mataku basahi kujur tubuhmu
bahagia pandangi petikan-petikan senyum di indah lis bibirmu
Ibu, aku mengunjungimu kali ketiga saat kausekolahkan
Maaf, aku jarang telponmu
Sengaja, aku sedang menabung rindu
tiap malam kusisipkan dalam kulum tidurku
Ibu, dulu sering kaubercerita
tentang pelangi yang hobi kaupandangi
di pematang sawah saat kaumemanen padi
Katamu, "Nak, itu kado Tuhan untuk orang-orang desa."
Kauhadiahkan pula itu padaku
selepas kuyup hujan di ujung jembatan penyeberangan
Ibu, sekarang aku masih seperti dulu
kekanak-kanakan, ingusan
masih sering bergumam Ibu, Ibu, Ibu...
ketika tidur malam jahat menakutiku
mengirimkan surat-surat kelam dari kegelapan
Sengaja Ibu tak kuhilangkan itu
Bukan karena tak ingin cepat dewasa
tapi karena ingin lebih lama dimanjamu
Ibu, kasih sayang yang dulu kaulumurkan
saat kuberangkat sekolah
kembali pulang ke rumah
bermain gundu di halaman, dan
berpanas-panasan mencari belut di sawah
sesungguhnya sudah menjadi diriku
Aku adalah kasih sayangmu
Kasih sayangmu adalah aku
Ibu, aku ingat saat kecil
sepulang menjaring ikan
Tubuhku berlumur lumpur
Kaumarah tak pedulikan ikan tangkapanku
Kaumandikan aku sambil menghujankan deras pukulan
"Anakku, Ibu marah tak ingin kehilanganmu."
Aku diam
Coba mengerti tapi tak mengerti
Sekarang baru aku sadar
bahwa sadar itu sendiri takkan pernah sepenuhnya sadar
Ciputat,
Minggu, 20 April 2014