Cermin: Sebuah Profesi Untuk Setia Pada Kenyataan

Oky Primadeka

Aku adalah pengunjung cermin yang setia
Setiap hari aku berkaca walau aku tahu
wajah yang muncul itu-itu saja, wajahku
Tapi tak masalah, sebab aku semakin tahu aku

*
Aku  lihat rapuh  melekat di tubuhku
Aku kelupas kulitnya walau tentu sakit
seperti kudis jijik yang setia pada kulit
Padahal ia terang mengingkarinya

*
Cermin adalah kejujuran yang terdalam
Pekerjaannya adalah setia pada kenyataan
tanpa ia minta gaji kepada pemilik tuan
Cermin tetap menjadi cermin


Ciputat,
Minggu, 30 Maret 2014


Read more...

Akan Berkembang

Oky Primadeka

Tak banyak jalan menuju rumah besar
di mana kita bisa cukup tenang tidur bersama istri dan anak
mengendapkan lelah yang ingin kita uraikan
pada selapis kasur dan bantal empuk berselimut
tanpa mengkhawatirkan atap yang mungkin saja bocor
saat hujan datang

Miris memang, kita tinggal di negeri yang katanya surga dunia
Namun ini bukan khayalan
yang semudah membalikkan telapak tangan bisa kita tepiskan
tanpa berhasrat untuk menyimpannya kembali pada file memori ingatan
Atau seperti kertas yang kita lipat-lipat saat masih kanak-kanak untuk membuat kapal-kapalan
kemudian dengan ikhlas kita hanyutkan ke sungai begitu saja
tanpa menyesalinya, tanpa mempertanyakan kapan kembalinya

Hidup di kota keras memang, seperti mendaki bukit yang tanpa kita tahu kapan kita akan sampai ke puncak
Kita manut kebutuhan yang justru kadang membuat alpa kewajiban
Kita lelah dalam penat yang ingin kita keluhkan tetapi enggan, untuk apa?

Orang-orang di stasiun kereta api riuh mengaduh
mengeluhkan jadwal pemberangkatan molor, penumpang berjejal sesak
Sebagian dari mereka memakai sepatu yang cukup tega
menginjak kaki orang lain walau tanpa sengaja
Syahdan...
Semua ini, jalan yang kita tempuh ini akan menjadi sebuah kisah
tentang titik, koma, tanda tanya, dan kawan-kawannya
tentang perjalanan kita menyusuri jalan setapak kehidupan
walau lelah, walau penat, akan berkembang


Ciputat,
Minggu, 09 Maret 2014

Read more...

Suara Pasir

Oky Primadeka

Kuingat setiap jejak yang entah sengaja atau tidak
menjadi bagian tubuhku yang selalu pasrah
Kuingat setiap petikan suara yang mengendap ruai
untuk kemudian kujadikan sebuah risalah

Tapi siapa aku sebenarnya?
Apakah pawana yang dibiar-lalukan pohon
Apakah hujan yang rinainya luruh bersama hening
Atau kah hanya sebutir nasi yang tak pernah protes kala terlupa

Untuk apa semua ini?
jika suara-suara itu tak pernah berbuah hikmat
Saat malam nanti aku ‘kan bersuara melawan sepi
kepada pantai yang bersaksi bahwa aku tak pernah memasalahkannya

Ciputat,

Minggu, 02 Maret 2014

Read more...

  © Sepucuk Daun Blog Puisi Oky Primadeka by Ourblogtemplates.com 2014

Log In